Naskah Drama Sidang BPUPKI Pertama (29 Mei – 1 Juni 1945)
Narator : Pada akhir tahun 1944, Jepang terdesak oleh sekutu. Karena merasa keberadaannya terancam, maka Jepang memberikan janji kemerdekaan kepada Indonesia. Sebagai tindak lanjut janji tersebut, maka dibentuklah BPUPKI (Dokuritsu Junbi Coosakai) pada tanggal 1 Maret 1945 oleh Letnan Jenderal Kumakhichi Harada yang bertujuan untuk mempelajari dan menyelidiki hal-hal penting yang berkaitan tentang pembentukan Negara Indonesia Merdeka. Dr. Radjiman Widyodiningrat dilantik sebagai ketua dan sebagai wakilnya adalah Ichibangase Yosio (Jepang) dan Soeroso (Indonesia). BPUPKI pun mengadakan sidang pertama pada tanggal 29 Mei – 1 Juni 1945 dengan agenda merumuskan dasar negara Indonesia merdeka.
Sidang pertama bertempat di gedung Chuo Sangi In (Gedung Pancasila) yang di hadiri oleh ketua dan wakil serta anggota BPUPKI yang berjumlah 67 orang.
Radjiman, Ichibangase, Soeroso beserta para anggota duduk di tempat sidang yang telah tersedia. Radjiman pun selaku ketua membuka sidang BPUPKI.
Dr. Radjiman Widyodiningrat: “Assalamualaikum Wr. Wb. Saudara-saudara sekalian terima kasih sudah hadir di tempat ini. Pertama saya selaku ketua akan memimpin jalannya sidang ini, di samping saya adalah seorang wakil dari Jepang dan tentu saja seorang lagi adalah seorang wakil dari Indonesia. Saudarasaudara sekalian, kita berkumpul di gedung ini dalam rangka merumuskan sebuah landasan untuk mengokohkan negara yang akan kita bangun bersama. Untuk itu, marilah kita buka sidang pertama ini dengan agenda membahas rumusan dasar negara (mengetuk palu 3 kali).
Soeroso : Selanjutnya silahkan saudara sekalian yang ingin menyumbangkan ide dan gagasannya dalam perumusan dasar negara ini”. Saya harap saudara-saudara sekalian ikut berpartisipasi menyampaikan gagasan untuk membangun negara ini.
Mr. Muhammad Yamin (berdiri di podium peserta sidang): “Saudara-saudara sekalian saya ucapkan terima kasih telah memberikan kesempatan untuk menyampaikan pidato singkat ini. Saya ingin menyampaikan gagasan saya tentang dasar negara. Adapun rumusan dasar negara yang saya usulkan yaitu:
1. Peri kebangsaan,
2. Peri kemanusiaan,
3. Peri ketuhanan,
4. Peri kerakyatan,
5. Kesejahteraan rakyat.
Mengapa saya mengatakan seperti ini? Itu karena pondasi dari dasar negara adalah bangsa, di mana bangsa kita ini peduli kepada sesama yang mencerminkan sikap kemanusiaan, sikap bangsa kita pula yang memegang teguh toleransi dalam beragama yang hal ini merupakan pencerminan dalam peri ketuhanan, dan juga rakyat kita ini merupakan rakyat yang suka kebersamaan sehingga hal ini dapat mewujudkan kesejahteraan rakyat. Itulah usulan dari saya, mohon dipertimbangkan”. Terima kasih” (Muh. Yamin meninggalkan podium).
Soeroso: “Selanjutnya, silahkan kepada anggota yang lainnya untuk menyampaikan gagasannya”
Mr. Soepomo (berdiri di podium) : “Terima kasih kepada ketua beserta wakil yang telah memberikan kesempatan pada saya untuk menyampaikan pandangan saya tentang dasar negara. Adapun rumusan yang saya usulkan diantaranya:
1. Persatuan
2. Kekeluargaan
3. Keseimbangan lahir dan batin
4. Musyawarah
5. Keadilan rakyat
Demikian gagasan yang saya sampaikan, mohon untuk dipertimbangkan. Terima kasih” (meninggalkan podium).
Soeroso: “Silahkan anggota lain untuk menyampaikan gagasan tentag dasar negara.”
Ir. Soekarno (berdiri di podium): “Saudara-saudara sekalian, setelah memikirkan ini semalaman. Saya berpendapat bahwa dasar negara kita harus berdasarkan kepada:
1. Kebangsaan Indonesia,
2. Internasionalisme atau peri kemanusiaan,
3. Mufakat atau demokrasi,
4. Kesejahteraan sosial dan
5. Ketuhanan yang berkebudayaan.
“…… Saudara-saudara! Dasar-dasar negara telah saya usulkan. Usulannya ada lima. Saya memberi usul untuk memberi nama kelima dasar negara tersebut adalah Panca Darma. Namun, nama Panca Darma ternyata tidak tepat di sini karena dharma berarti kewajiban, sedangkan kita membicarakan dasar. Setelah mendapat saran dan petunjuk dari seorang teman kita ahli bahasa, akhirnya saya memberikan nama kelima dasar negara ini yaitu Pancasila. Panca artinya lima dan Sila artinya asas atau dasar. Di atas kelima dasar itulah kita mendirikan negara Indonesia, kekal dan abadi”.
“Barangkali ada saudara-saudara yang tidak suka akan bilangan yang lima itu! Saya boleh peras sehingga tinggal tiga saja disebut trisila (socio-nationalisme, socio-democratie, dan ketuhanan) dan jika saya peras lagi menjadi satu maka dinamakan socio-nationalisme.
“Apakah saudara sekalian setuju dengan usulan saya?” Silahkan kemukakan pendapat anda. Terima kasih itulah rumusan menurut saya”. (Soekarno meninggalkan podium).
Soeroso: “Bagaimana Pak Ketua? Apakah usulan nama Pancasila atau trisila bisa diterima?
Radjiman: baiklah, silahkan kepada para hadirin anggota sidang untuk menyampaikan pendapat tentang usulan nama Pancasila yang disampaikan oleh Pak Ir. Soekarno.
Moh. Hatta (mengangkat tangan): “Saya selaku perwakilan dari para anggota sidang menyatakan setuju dengan nama Pancasila yang disampaikan oleh Pak Soekarno”.
Dr. Radjiman Widyodiningrat: “Baiklah ternyata para anggota sepakat untuk menyetujui pemberian nama dasar negara yang disampaikan oleh Pak Soekarno yaitu Pancasila. Saya rasa usulan nama yang diberikan Pak Soekarno ada benarnya. Hadirin ada beberapa hal yang akan disampaikan oleh wakil dari Jepang, silahkan Mr. Ichibangase?”
Ichibangase: “Ohayogozaimasu, selamat siang hadirin..saya menyaksikan jalannya sidang dari awal hingga akhir dan menyimak beberapa usulan yang telah disampaikan oleh para anggota sidang. Saya hanya ingin menyampaikan setuju dengan hasil rumusan tersebut yang selanjutnya akan dipertegas lagi oleh ketua sidang. Hanya itu saja yang dapat saya katakan. Terima kasih…Arigatou gozaimasu” (sambil menundukkan kepala)
Radjiman: “Terima kasih kepada Mr Ichibangase yang telah menyampaikan sambutan sebagai perwakilan dari Jepang. Saudara-saudara sekalian, tadi kita sudah menyimak bagaimana pandangan tentang dasar negara yang telah disampaikan oleh Mr. Muh. Yamin, Dr. Soepomo, dan Ir. Soekarno. Nama dasar negara pun sudah kita sepakati yaitu Pancasila. Namun, mengenai rumusan resmi dasar negara Pancasila tersebut akan dibahas lebih lanjut oleh Panitia Sembilan. Dengan demikian, sidang pertama BPUPKI dengan agenda rumusan dasar negara kita akhiri sampai disini”. (Mengetuk palu 3 kali).
Narator : Sidang BPUPKI pertama (tanggal 29 Mei-1 Juni 1945) dengan agenda merumuskan dasar negara berakhir. Selanjutnya dasar negara tersebut dibahas dalam sidang yang dilakukan oleh Panitia Sembilan. Sebagai ketua dipilih Ir. Soekarno dan anggotanya terdiri dari Dr. Moh. Hatta, Mr. A. A. Maramis, Abdul Kahar Muzzakir, Ahmad Subardjo, Mr. Muh. Yamin, H. Agus Salim, KH. Wachid Hasyim, dan Abi Koesno Tjokrosuyoso.
Panitian Sembilan menghasilkan sebuah rumusan dasar negara yang terdapat dalam Pembukaan Piagam Jakarta (Jakarta Charter).
Rumusan Pancasila dari Piagam Jakarta
1. Ketuhanan Yang Maha Esa dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk pemeluknya.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. kerakyatan yang dipimpin oleh hikmad kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Moh. Hata : : Menurut saya sebaiknya sila pertama yang berbunyi ketuhanan dengan kewajiban melaksanakan syariat Islam bagi pemeluknya sebaiknya di ganti karena dapat menuai permusuhan di antara yang muslim dan non muslim
Soepomo : Menurut tuan sebaiknya di ganti dengan apa
Samin : Iya benar sekali diganti dengan apa?
Hatta : menurut saya sebaiknya dig anti dengan Ketuhanan yang maha esa karena Tuhan kita hanya ada satu.
Ketua BPUPKI : Iya terimakasih tuan Hatta dengan ini berarti semua anggota sudah sepakat
(Tepuk tangan)
Narator : setelah selesai merumuskan dasar negara maka dilanjut sidang ke dua 10 - 17 Juli 1945 yang akan membahas UUD Negara.
Naskah Drama Sidang PPKI (7 Agustus 1945 – 18 Agustus 1945)
Narator : Tanggal 10 Juli-14 Juli 1945, dibahas Rancangan Undang-Undang Dasar. Setelah selesai di bahas, maka Sidang kedua BPUPKI telah selesai. Tanggal 6 Agustus 1945, Sekutu menjatuhkan bom atom di Hiroshima. Korban berjatuhan dimana-mana (berhenti sejenak ada suara bom). Tanggal 7 Agustus 1945, BPUPKI dibubarkan, dan diganti dengan PPKI, dengan alasan tugas BPUPKI telah selesai. Tanggal 9 Agustus 1945, Jepang kembali dijatuhi bom atom oleh sekutu, tepatnya di kota Nagasaki (berhenti sejenak ada suara bom).
Hal ini membuat Jepang kewalahan. Setelah peristiwa pengeboman, tiga tokoh Indonesia, yaitu Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, dan Dr. Rajiman Wedyodiningrat dipanggil oleh Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam. Di Dalat, Vietnam, Jenderal Terauchi memberikan tiga keputusan, yaitu, disetujuinya pembentukan PPKI, pengangkatan Ir. Soekarno sebagai ketua PPKI dan Drs. Moh. Hatta sebagai wakil PPKI serta untuk mendiskusikan keputusan Jepang.
Terauchi : Haloo selamat pagi Bung Karno
Bung Karno : Maaf siapa anda?
Terauchi : Saya Jendral Terauchi Panglima Jepang. Bisakah kita membuat pertemuan antara saya , anda, Bung Hatta dan Bung Radjiman untuk membicarakan kemerdekaan bangsa Indonesia.
Bung Karno : Baiklah kami akan berangkat nanti sore.
Terauchi : Baiklah jika begitu, terimakasih Bung.
Narator : Ir. Soekarno membicarakan undangan Terauchi kepada Bung Hatta dan Radjiman
Bung Karno : Selamat pagi
Radjiman dan Hatta : Selamat pagi.
Bung Karno : Kedatangan saya kesini untuk menyampaikan undangan Terauchi kepada kita untuk menuju ke Dalath , Vietnam.
Radjiman : Untuk apa kita kesana?
Bung Karno : Kita kesana untuk membicarakan tentang kemerdekaan Indonesia.
Narator : Esok harinya Ir. Soekarno, Bung Hatta dan Radjiman sudah sampai di Dalath Vietnam. Mereka dijemput oleh Terauchi.
Terauchi : Selamat datang Bung.
Bung Karno : Kapan dan dimana kita akan membicarakan perbincangan ini?
Terauchi : Kita akan membicarakan hal ini besok lusa dirumah saya. Sampai bertemu besok Bung!
Narator : Pagi hari setalah menginap di hotel, Soekarno dkk bertemu Terauchi. Dan melakukan perbincangan.
Terauchi : Kami akan memberikan kemerdekan bagi bangsa Indonesia. Sehingga, terbentuknya PPKI kemarin yang akan membantu.
Radjiman : Lalu apa saja tugas PPKI?
Terauchi : PPKI akan membhas semua kelengkapan negara pada saat Proklamasi.
Bung Karno : Kapan pelaksanaan Prokalmasinya?
Terauchi : Tak perlu kawatir, kami belum bisa menentukannya. Jepang akan memberikan kemerdekan bagi Indonesia.
Bung Hatta : Apakah wilayah Indonesia akan meliputi seluruh wilayah Hindia- Belanda?
Terauchi : Mungkin bisa jadi wialayah Indonesia akan meliputi wilayah tersebut.
Narator : Pertemuan tersebut hanyalah tipuan muslihat dari Jepang untuk membantu bangsa Indonesia tidak berontak. Soekarno dkk pun kembali ke Indonesia, sebelum pulang meraeka singgah ke Singapura untuk menemui tiga pimpinan PPKI. Soekarno selanjutnya mencari tahu bahwa Jepang telah menyerah pada sekutu. Hari berikutnya Soekarno dkk melakuakan rapat koordinasi. Bung Karno, Hatta, Radjiman kembali diundang ke Singapura menemui 3 pimpinan PPKI. Dalam perjalanan mereka berbincang.
Bung Hatta : Rasanya saya belum yakin jika Jepang telah menyerah kepada sekutu.
Radjiaman : Kalau begitu, kita perlu diskusi lebih lanjut dengan beberapa tokoh yang ada di Indonesia
Bung Hatta : Lalu siapa saja tokohnya?
Bung Karno : Baik golongan tua maupun golongan muda untuk memproklamirkan kemerdekan Indonesia.
Narator : Setelah mengetahui kekalahan Jepang dari siaran radio BBC. Para pemuda menemui Ir. Soekarno dan Moh.Hatta dirumahnya jalan Pegangsaan Timur 56 Jakarta untuk mendesak Ir. Soekarno dan Moh.Hattaagar mengumumkan kemerdekaan saat itu juga. Dengan Sultan Syahrir sebagai juru bicara.
Sultan Syahrir : “Bung Karno!! Jepang sudah kalah, seharusnya kita cepat memproklamasikan kemerdekaan.”
Ir. Soekarno : “Kita tidak bisa begitu saja memproklamasikan kemerdekaan. Kita harus membicarakan dalam rapat PPKI.”
Sultan Syahrir : “Kita tidak mungkin membicarakannya dalam rapat PPKI, karena PPKI dibentuk oleh Jepang dan kemerdekaan Indonesia haruslah dari usaha rakyat Indonesia bukan pemberian bangsa lain.”
Moh.Hatta : “Bukan begitu, kita memang seharusnya membicarakannya dalam rapat PPKI. Karena PPKI adalah badan yang bertugas mempersiapkan kemerdekaan.
Narator : Dengan demikian usaha para pemuda dengan juru bicara SutanSyahrir untuk membujuk Ir. Soekarno agar segera memproklamasikan kemerdekaan mengalami kegagalan. Setelah mengalami kegagalan membujuk Bung Karno maka para pemuda kembali mengadakan rapat dengan Chairul Shaleh sebagai pemimpin.
Setelah rapat usai akhirnya diputuskan, para pemuda akan menculik Ir. Soekarno dan kawan-kawan. Keesokan harinya tepat dini hari tanggal 16 Agustus 1945. Drs. Moh Hatta, Ir. Soekarno beserta Ibu Fatmawati dan guntur Soekarno Putra dibawa oleh Pemuda ke Rengasdengklok.
Drs. Moch. Hatta : “Ada apa ini! Apa maksudnya kami dibawa kesini?”
B.M. Diah : “Maksud kami agar Bapak segera memproklamasikan Kemerdekaan.”
Ir. Soekarno : “Saya sudah mengatakan bahwa kemerdekaan Indonesia harus dibicarakan dalam siding PPKI terlebih dahulu”.
Drs. Moh. Hatta : “Bapak benar, karna persiapan kemerdekaan adalah tugas PPKI”.
Ibu Fatmawati : “Lagipula Bapak kan Ketua PPKI. Bapak tidak mungkin mengambil keputusan tanpa memberikan anggota PPKI yang lain”.
Narator : Sementara terjadi perdebatan di Rengas Dengklok. Di Jakarta Wikana (golongan muda) dan Mr. Ahmad Soebardjo (golongan tua) melakukan perundingan.
Setelah mendapat beberapa kesepakatan. Diutuslah Yusuf Kunto untuk mengantar Ahmad Soebardjo ke Rengasdengklok.
Yusuf Kunto : “Mari Pak saya antar ke Rengasdengklok
Mr. Ahmad Soebardjo : “Ayo kita segera kesana, saya rasa disana pasti terjadi perdebatan yang sengit”.
Yusuf Kunto : “Mari Pak kita segera berangkat”.
Narator : Setelah sampai disana Mr. Ahmad Soebardjo, akhirnya menjemput Ir. Soekarno dan kawan-kawan. Selain itu Mr. Ahmad Soebardjo berhasil menyakinkan para pemuda untuk tidak berburu- buru memproklamasikan kemerdekaan. Sekitar pukul 23.00 romobongan Ir. Soekarno sampai di Jakarta untuk sesaat pulang ke tempat masing-masing, lalu langsung menuju rumah Laksamana Maeda untuk merumuskan naskah proklamasi.
Laksamana Meda : “Silahkan masuk, Bapak-bapak!”
Drs. Moch. Hatta : “Tunggu dulu, Bagaimana mungkin kita akan merumuskan suatu teks proklamasi di rumah seorang Laksamana Jepang”
Laksamana Maeda : “Tenanglah, silahkan masuk semua, saya menjamin selama berada di rumah saya, anda sekalian akan terjamin keselamatannya”
Ir. Soekarno : “Baikalah, diruangan mana kita dapat merumuskannya”
Laksamana Maeda : “Silahkan anda berdiskusi di ruang makan”
Narator : Dengan memegang kertas dan bolpoin, perundingan yang ditaklukkan antara golongan muda dan golongan tua itu berjalan lancar.
Achmad Soebardjo : “ Bagaimana kalau kita mengambil rumusan BPUPKI dengan bunyi “kami Bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia”
Ir. Soekarno : “Itu boleh juga.”
Drs. Moch Hatta : “Menurut saya perlu ada pernyataan pengalihan kekuasaan seperti ini. Hal-hal mengenai pemondahan kekuasaan dan lain-lain diselenggarakan dengan cara seksama dan dalam tempoh yang sesingkat-singkatnya.
Ir. Soekarno : “Bagaimana bila naskah ini ditanda tangani oleh seluruh yang hadir pada saat ini.”
B.M. Diah : “Bila seperti itu akan ada banyak tanda tangan.”
Sukarni : “Bagaimana bila Pak Karno saja yang menanda tangani.”
Sudiro : “dengan Pak Hatta juga”
Sayuti Melik : “Begini saja, lebih baik Pak Karno dan Pak Hatta yang menanda tangani dengan atas nama bangsa Indonesia”
Ir. Soekarno : “Ide kamu bagus, saya setuju”
Sayuti Melik : “Bagaimana jika naskah ini diketik oleh saya. Tapi harus ada beberapa perubahan, seperti wakil-wakil bangsa Indonesia diganti atas nama Bangsa Indonesia, dan Jakarta 17-8-‘05 diganti menjadi hari 17 bulan 8 tahun ‘05 dan juga tempoh menjadi tempo.”
Narator : Lalu Sayuti Melik mengetik naskah tersebut dan memberikan hasil ketikan tersebut kepada Ir. Soekarno untuk ditanda tangani, perumusan tersebut selesai pada dini hari 17 Agustus 1945.
Setelah selesai diketik, hari itu juga tepatnya hari Jum’at tanggal 17 Agustus 1945 pembacaan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia akan dilaksanakan di lapangan ikada, namun karena alasan keamanan maka dipindah di kediaman Ir. Soekarno, terjadi sedikit perbincangan diantara Soekarno, Fatmawati, Latief Hendraningrat, dan S. Suhud.
S. Suhud : “Pak, kita membutuhkan bendera merah putih untuk dikibarkan sebagai tanda merdeka suatu bangsa”
Ir. Soekarno : “Iya, saya tahu, maka saya sudah meminta istri saya untuk menjahitnya”
Fatmawati : “Iya, ini sudah saya jahitkan”
Latief : “Terima kasih ya Bu!”
Narator : Pada tanggal 17 agustus 1945 di kediaman Ir. Soekarno, persiapan proklamasi dilakukan oleh sudiro yang menyiapkan microphone sebagai tangan kanan soekarno. Tepat pukul 10.00 WIB, Ir. Soekarno membcakan teks proklamasi selanjutnya dengan pengibaran Merah Putih oleh S. Suhud dan Latief Hendraningrat yang diiringi lagu Indonesia Raya. Dilanjutkan dengan sambutan walikota Suwirjo dan pimpinan barisan pelopor dr. Muwardi.
Ir. Soekarno : “Proklamasi Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan Kemerdekaan Indonesia. Hal-hal yang mengenai pemindahan kekuasaan dll, diselenggarakan dengan Tjara Saksama dan dalam tempo jang sesingkat-singkatnya.
Djakarta, hari 17 boelan 8 tahun ‘05
Atas nama Bangsa Indonesia,
Soekarno – Hatta
Narator : Berita proklamasi menyebar dengan cepat ke seluruh penjuru Jakarta. Setelah itu teks sampai ke tangan kepala bagian radio Domei, Waidan B. Dan memerintahkan F. Wuz (markonis) untuk menyiarkannya.
Pada tanggal 18 Agustus PPKI melakukan sidang yang ke pertama dihadiri oleh Ir.Soekarno, Moh. Hatta, Radjiman dan para pemuda.
Bung Karno : Asalamuaalaikum wr.wb
Peserta sidang : Waalaikumsalam wr.wb
Bung Hatta : Untuk memulai sidang PPKI ini mari kita menyanyikan lagu Indonesia Raya.
( Para peserta menyanyikan lagu Indonesia raya )
Bung Karno : Disini kita akan menetapkan, membahas UUD 1945 yang didalamnya ada Pancasila yang dijadikan sebagai dasar negara, memilih presiden dan wakil presiden serta membentuk KNIP (Komite Nasional Indonesia Pusat) untuk membantu pekerjaan presiden sehari-hari.
Bung Hatta : Ya, kami setuju.
Bung Karno : Sekian, pertemuan siding kali ini, Merdeka!!
(Peserta sidang mengucap Merdeka..merdekaa !!
Narator : Peristiwa sidang PPKI ini begitu berharga. Dan peristiwa itu telah megubah segala sendi kehidupan bangsa Indonesia. Peristiwa Proklamasi Kemerdekaan telah menjadi momentum puncak perjuangan Bangsa Indonesia. Oleh karena itu, kita sebagai generasi penerus bangsa harus berprestasi dalam rangka mengisi kemerdekaan tersebut, bukan malah menodainya. Kita harus bisa membalas budi para pejuang Tanah Air jaman dahulu dengan cara mempertahankan kemerdekaan ini !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar